Bagi warga negara Indonesia yang tinggal di Meksiko, mungkin tidak asing lagi dengan sosok Bapak Victor Don Bosco Fernandez. Beliau adalah salah satu diaspora Indonesia terlama yang tinggal di Meksiko.
Selama hampir 45 tahun, ia mengabdikan dirinya di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Meksiko. Ikatannya dengan negeri sombrero sangat erat, mengingat kedua putranya lahir dan besar di negeri tersebut.
Pak Victor pertama kali tiba di Meksiko pada 28 November 1976, setelah sebelumnya bertugas sebagai sekretaris pribadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Portugal, Ben Mang Reng Say pada tahun 1975.
Di KBRI Meksiko, Pak Victor kembali bekerja mendampingi Bapak Ben Mang Reng Say yang saat itu ditunjuk menjadi Duta Besar Meksiko. Meski kembali bekerjasama dengan Bapak Ben Mang Reng Say, namun atas permintaan Pak Victor sendiri, Pak Victor pun tidak lagi bekerja sebagai sekpri, melainkan sebagai lokal staf KBRI di Mexico City.
Kesan pertama yang dirasakan Pak Victor saat menginjakan kakinya di tanah Aztec adalah perasaan aneh karena perbedaan yang mencolok antara Meksiko dengan Indonesia. Perbedaan itu terutama tampak dari kendaraan-kendaraan di ibu kota negeri tersebut yang tampak tua dan klasik. Rupanya hal tersebut dikarenakan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang di Meksiko mayoritas merupakan produksi dari Amerika Serikat dan Eropa, sementara di Indonesia didominasi oleh kendaraan-kendaraan buatan Jepang.
Hal lain yang membuat Pak Victor terkejut adalah fakta mengenai kondisi Meksiko yang sebenarnya, yang sangat berbeda dari bayangan dia sebelumnya. Diakui Pak Victor, sebelumnya ia membayangkan kalau Meksiko adalah sebuah negeri yang dipenuhi oleh cowboy berkuda, sebagaimana yang ditampilkan dalam film-film produksi Hollywood yang tayang di Indonesia.
Karena terbiasa merantau sejak kecil, Pak Victor pun tidak mengalami masalah saat harus beradaptasi dengan lingkungan baru di Meksiko. Bahkan yang menakjubkan, Pak Victor mampu menguasai Bahasa Spanyol yang merupakan Bahasa Nasional Meksiko, hanya dalam waktu 3 bulan secara otodidak.
Lebih lanjut Pak Victor mengakui, hal yang paling berkesan sekaligus paling disukainya selama tinggal di Meksiko adalah keterbukaan yang menjadi karakter orang-orang di negeri tersebut. Selain itu, ia juga sangat menyukai berbagai kebudayaan Meksiko yang unik, dan keindahan destinasi wisatanya.
Seperti yang biasa terjadi di Indonesia, Pak Victor yang kala itu masih bujangan, kerap ditanyakan mengenai pernikahan, terutama oleh kedua orang tuanya, setiap kali ia liburan ke kampung halamannya di Maumere.
Agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya, ia pun lalu bersedia untuk dikenalkan dengan seorang gadis cantik, yang masih memiliki hubungan kerabat dengannya. Perkenalannya dengan gadis cantik yang kemudian diketahui bernama Konstansia Wilhelmina Bulan Fernandez itu, ternyata membawa berkah bagi hidup Pak Victor. Karena merasa saling cocok, Pak Victor dan sang gadis pun lalu meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan pada Bulan Juli 1984.
Usai menikah, Pak Victor lalu memboyong sang istri ke Meksiko. Tak lama kemudian setelah tinggal di Meksiko, Pak Victor dan Ibu Mien pun dianugrahi dua orang putra, yaitu Carlo dan Michel.
Selama hampir 45 tahun mengabdi di KBRI Mexico City, membuat Pak Victor merasakan kedekatan yang luar biasa dengan negeri sombrero. Bahkan Meksiko saat ini sudah seperti menjadi negara kedua baginya, apalagi kedua buah hatinya lahir dan dibesarkan di negeri tersebut. Karena itulah Pak Victor merasa sangat berat untuk meninggalkan negeri mariachi, menyusul rencananya yang ingin melewatkan hari tuanya bersama sang istri tercinta di tanah air, usai memasuki masa pensiun.
Sementara itu terkait dengan pandangan orang Indonesia yang masih menganggap kalau Meksiko adalah negara berbahaya yang dipenuhi oleh kartel narkoba, Pak Victor menegaskan, kalau pandangan tersebut muncul dikarenakan kurangnya informasi mengenai kondisi Meksiko yang sesungguhnya.
Sebab diungkapkan Pak Victor, jika memang Meksiko sangat berbahaya, maka mungkin saja dirinya sudah tidak ada saat ini, tapi faktanya ia dan warga negara Indonesia lainnya tetap menjalani kegiatan mereka dengan normal tanpa mengalami hambatan.
Sementara itu terkait dengan telah diresmikannya kepengurusan Indonesian Diaspora Network (IDN) Chapter Mexico yang baru, sebagai anggota diaspora Indonesia terlama di Meksiko, Pak Victor berharap agar para pengurus yang baru dapat bekerjasama dan saling mendukung dengan mengesampingkan ego masing-masing.
Pasalnya tantangan yang dihadapi para pengurus diaspora saat ini sangat berat, yaitu merangkul dan menyatukan seluruh warga negara Indonesia di Meksiko.
Pak Victor mengakui, selama ini hubungan antar warga negara Indonesia di Meksiko kurang begitu harmonis. Salah paham yang dipicu oleh sesuatu yang kecil seringkali terjadi, yang diakibatkan oleh ego masing-masing.
Pak Victor berharap agar warga Indonesia di perantauan, khususnya di Meksiko, mau meniru warga negara lain seperti India atau China, yang meskipun memiliki sejumlah perbedaan secara pribadi, namun tetap bersatu demi kepentingan bangsa dan negara mereka.
Sementara itu, setelah vakum beberapa lama, akhirnya pengurus baru Indonesian Diaspora Network (IDN) Chapter Mexico periode tahun 2021 hingga 2023 resmi dilantik pada 17 Agustus 2021 lalu oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Meksiko, Bapak Cheppy T. Wartono.
Pemberian SK dan penyematan pin sebagai simbol pelantikan, diberikan kepada ketua IDN Mexico periode tahun 2021 - 2023, Eni Sulistyaningsih dan anggota kehormatan IDN Mexico, Evi Siregar, yang dilakukan dalam rangkaian upacara peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76.
Lihat videonya
Comments