top of page

Ramadhan di Mexico: Ditegur Kepala Sekolah Karena Puasa


Menjalani ibadah puasa di negara yang mayoritas bukan muslim memang tidak mudah. Mereka harus menahan lapar dan dahaga di tengah komunitas yang berbeda hingga waktu berbuka puasa tiba.

Bukan hanya itu, perbedaan waktu berpuasa dan perbedaan budaya juga terkadang turut menjadi faktor kendala dalam menjalankan ibadah puasa di negara orang.

Meski demikian hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi umat muslim Indonesia di perantauan untuk tetap menjalankan ibadah puasanya di bulan suci ramadhan.


Salah satu warga negara Indonesia (WNI) yang tetap khusyuk dalam menjalankan ibadah puasa di perantauan adalah Rini Sitompul, ibu 4 orang anak yang hijrah ke Mexico City sejak tahun 1993 lalu.


Bagi perempuan cantik keturunan Jawa ini, tahun ini merupakan yang ke-26 kali baginya dalam menjalankan ibadah puasa di negeri sombrero.

Puluhan tahun tinggal di Meksiko tentu tidak membuat Rini kesulitan dalam menjalani bulan ramadhan. Namun demikian ramadhan tahun ini dirasakan sangat berbeda oleh Rini dan anak-anaknya. Pasalnya inilah kali pertama bagi Rini dan keempat anaknya menjalani bulan ramadhan tanpa sang kepala keluarga.

Tiga bulan sebelum ramadhan, sang suami dan ayahanda tercinta, Alm. Wilson Sitompul telah berpulang ke haribaan sang Pencipta.


Diakui Rini, pertama kali berpuasa tanpa anggota keluarga yang lengkap memang tidak mudah. Selain rasa sedih yang mendalam, juga perasaan kehilangan masih sangat dirasakan. Sejumlah kebiasaan pun turut hilang seiring dengan kepergian almarhum.

Kalau misalnya setiap bulan ramadhan sang suami selalu bertindak sebagai imam saat melaksanakan sholat tarawih di rumah, kini Rini berharap sang putra tertua bersedia menggantikan posisi sang ayah sebagai imam sholat dalam keluarga.

Namun hidup harus terus berlanjut. Meski menjadi single parent yang jauh dari keluarga dan tanah air, Rini tetap berusaha bangkit dan tegar demi masa depan anak-anaknya.

Maka menjelang tibanya Bulan Ramadhan, Rini bersama keempat buah hatinya pun berziarah mengunjungi pusara Almarhum. Setelah itu sebagaimana ibu-ibu lainnya, Rini menyiapkan segala keperluan untuk sahur dan buka puasa bagi keluarganya.


Meski sang suami sudah tiada, namun Rini tetap mempertahankan sejumlah kebiasaan yang telah menjadi rutinitas keluarganya saat Bulan Ramadhan. Salah satu rutinitas yang dilakukan saat bulan puasa adalah makan sahur dan buka puasa bersama.


"Meskipun anak-anak pada sibuk, tapi diusahakan untuk selalu buka puasa bersama di rumah," jelas Rini.

Kenangan saat berbuka puasa bersama (Foto: Pribadi)

Bagi Rini, kebersamaan saat menjalani ibadah puasa sangat penting bagi keluarganya. Untungnya waktu sahur di Meksiko berdekatan dengan dimulainya aktifitas anak-anaknya untuk pergi ke sekolah. Dengan demikian, makan sahur pun sekaligus menjadi sarapan pagi bagi mereka.}


Menjalani ibadah puasa ditengah lingkungan yang umat muslimnya menjadi minoritas memang tidak mudah bagi putra-putri Rini. Apalagi Adry, Katie, Anggie dan William, demikian nama dari keempat anak Rini, lahir dan tumbuh berkembang di Meksiko, yang notabene adalah negara yang penduduknya mayoritas umat kristiani.

Namun lingkungan yang berbeda tersebut tidak menjadi halangan bagi keempatnya dalam menjalankan ibadah puasa. Bahkan sejak usia 7 tahun, mereka sudah mulai belajar berpuasa.


"Pertama setengah hari dulu sampai umur 9 tahun, setelah itu mereka puasa sehari penuh," ungkap Rini.


Rini menambahkan, dia dan almarhum suaminya selalu memberikan penjelasan mengenai kewajiban berpuasa disaat Bulan Ramadhan bagi umat muslim kepada putra putrinya. Anak-anaknya pun paham sehingga selalu menjalankan ibadah yang dilaksanakan satu tahun sekali tersebut.


Kegiatan berpuasa tetap mereka laksanakan meskipun ditengah aktifitas yang padat. Teman-teman mereka di sekolah juga mengerti alasan mereka berpuasa. Karena perasaan solidaritas, akhirnya beberapa diantara mereka pun ikut berpuasa dengan tidak ikut makan saat jam istirahat tiba.


Namun ada kejadian lucu yang sempat dialami Rini karena anak-anaknya berpuasa di sekolah saat ramadhan. Kepala sekolah memberikan teguran kepadanya karena tidak membolehkan anak-anaknya untuk makan dan minum (puasa) saat jam istirahat. Kepala sekolah khawatir puasa akan mengakibatkan anak-anaknya jatuh sakit.

Setelah dijelaskan mengenai kewajiban berpuasa di Bulan Ramadhan bagi umat muslim, kepala sekolah pun akhirnya mengerti juga. Hingga kini putra putri Rini terus menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan tanpa gangguan.

Meskipun ramadhan tahun ini harus dilalui tanpa kehadiran suami dan ayah tercinta, namun tidak mengurangi semangat Rini, Adry, Katie, Anggie dan William dalam menjalani ibadah puasanya.


Bahkan di bulan yang penuh berkah ini mereka terus berusaha untuk lebih mendekatkan diri lagi dengan sang maha Pencipta, sembari tak lupa terus berkirim doa bagi ayahanda tercinta. (Eti)

17 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page